Jakarta – Dunia internasional menyoroti keberhasilan tim gabungan TNI-Polri dalam membebaskan Kapten Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua selama 1 tahun 7 bulan.
Keberhasilan ini tidak hanya mengundang pujian dari berbagai pihak, termasuk Indonesia Police Watch (IPW), tetapi juga membuka tabir drama panjang di balik upaya pembebasan yang dilakukan dengan penuh kesabaran.
Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso mengapresiasi strategi soft approach yang diterapkan oleh Satgas Operasi Damai Cartenz 2024. Menurutnya, kesabaran pemerintah Indonesia yang menunggu selama 1,5 tahun akhirnya membuahkan hasil.
“IPW mengapresiasi keberhasilan Polri membebaskan pilot Philip melalui kesabaran yang cukup tinggi dari pemerintah Indonesia yang menunggu selama 1,5 tahun,” ujar Sugeng dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/9/2024).
Sugeng juga menyebut bahwa keberhasilan ini bisa mengembalikan kepercayaan dunia internasional terhadap keamanan wilayah Indonesia, terutama setelah kasus serupa yang berakhir tragis menimpa pilot helikopter PT Intan Angkasa Air Service, Glen Malcolm Conning, yang juga berkebangsaan Selandia Baru. Conning dibunuh oleh KKB saat mendarat di Papua pada Agustus lalu.
Momen pembebasan Kapten Philip ternyata juga menyentuh hati pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti. Perasaan campur aduk Susi terlihat saat melakukan video call dengan Kapten Philip yang akhirnya bisa menghubungi keluarganya. “Sungguh lega melihat Kapten Philip bisa berbicara langsung dengan keluarganya setelah mengalami masa-masa sulit selama ini,” ungkap Susi yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Peran Penting Tokoh Adat dan Agama
Brigjen Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Damai Cartenz 2024, menjelaskan bahwa upaya pembebasan Kapten Philip dilakukan dengan mengedepankan pendekatan melalui tokoh agama, tokoh adat, serta keluarga dekat dari Egianus Kogoya, pimpinan KKB.
“Pendekatan ini penting dilakukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa baik dari aparat, masyarakat sipil, sekaligus menjaga keselamatan dari pilot itu sendiri,” jelasnya.
Keberhasilan ini menegaskan bahwa kemampuan komunikasi dan pendekatan personal yang dimiliki anggota Polri merupakan soft skill yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan berbagai problema keamanan di Indonesia. Tidak heran, strategi ini mendapat banyak apresiasi.
Kapten Philip kini telah berada di Jakarta setelah diterbangkan dari Timika. Kondisinya dilaporkan sehat dan sudah menjalani pemeriksaan medis. Dalam waktu dekat, ia akan dipulangkan ke Selandia Baru untuk berkumpul kembali dengan keluarganya.
Keberhasilan pembebasan ini tentu menjadi kabar baik bagi keluarga dan rekan-rekan Kapten Philip. Namun, cerita panjang di balik penyanderaan dan pembebasan ini masih meninggalkan tanda tanya besar: apa yang sebenarnya terjadi selama 1 tahun 7 bulan di balik hutan belantara Papua? Dan bagaimana negosiasi panjang ini bisa berakhir tanpa pertumpahan darah?
Satu hal yang pasti, keberhasilan ini adalah buah dari kesabaran, strategi yang matang, dan kerjasama antara pemerintah, aparat, serta masyarakat Papua. Dunia pun kini menunggu babak berikutnya dari kisah ini.