Dalam rangka pengembangan kompetensi komunikasi publik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM menggelar seminar dengan tema “Membangun Citra Publik yang Positif: Strategi Komunikasi Jurnalistik bagi ASN”. Kegiatan ini menghadirkan Andy F. Noya, seorang jurnalis dan pewara program Kick Andy.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Aparatur Bambang Utoro, mewakili Kepala BPSDM ESDM menyampaikan bahwa kegiatan jurnalistik memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap citra yang terbentuk di mata publik.
“Kegiatan jurnalistik dapat menjadikan seseorang yang tadinya zero menjadi hero, yang tadinya nothing menjadi something. Ini sangat hebat mengingat bagaimana kita mencoba mempublikasikan hal yang awalnya tidak ada menjadi sesuatu luar biasa,” tutur Bambang di kantor BPH Migas Jakarta, Senin (3/6).
Bambang menegaskan bahwa jurnalistik yang berkualitas akan membantu para jurnalis dan humas untuk memberikan reaksi yang tepat terhadap terpaan isu yang muncul ke permukaan.
“Penting bagi kita bersama-sama belajar strategi komunikasi yang benar agar dapat membentuk kepercayaan atau trust. Masyarakat perlu mengetahui peran, tugas, dan fungsi Kementerian ESDM, sehingga tercipta sinergi yang di kemudian hari memunculkan kisah-kisah inspiratif from zero to hero,” ungkap Bambang.
Dalam kesempatan yang sama, Andy F. Noya menjelaskan bahwa para jurnalis memiliki tanggung jawab yang besar terhadap citra instansi atau lembaga yang terbentuk di mata publik. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat serta integritas dalam kegiatan jurnalistik yang dilaksanakan.
“Dalam menjaga citra, yang penting kita tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas maupun kegiatan yang menyimpang dari hukum. Melalui itu saja, kontribusi kita sudah besar. Ketika kita diminta oleh instansi atau lembaga kita untuk menjaga citra ke publik, hal yang paling mendasar adalah pemahaman kita tentang berkomunikasi ke media”, jelas Andy.
Andy menjelaskan bahwa tantangan instansi dalam berkomunikasi ke media dewasa ini semakin berat akibat kemunculan media sosial yang memberikan kebebasan tidak terkendali bagi setiap penggunanya. Kondisi ini sangat berbeda dengan zaman informasi disampaikan melalui media mainstream seperti radio, televisi, dan surat kabar yang berpegang pada Kode Etik Jurnalistik dan memiliki konsekuensi hukum untuk setiap pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi.
“Zaman sekarang, tidak ada cerita itu. Cover both sides tidak dikenal, cek dan ricek tidak dikenal, hak jawab juga tidak dikenal oleh netizen atau media sosial yang bukan berbasis karya jurnalistik,” pukas Andy.
Situasi tersebut mengharuskan para ASN untuk memiliki kemampuan identifikasi situasi yang baik agar mampu menentukan tindakan dan pesan yang tepat. Dalam proses pembentukan dan penyampaian pesan ini, Andy menekankan keterampilan public speaking dan media relation yang didukung informasi yang cukup guna mengenal isu dan kemungkinan masalah yang akan terjadi.
“Daripada kita memadamkan kebakaran, lebih baik kita mengantisipasi dan memitigasi apa yang mungkin membuat tempat kerja kita mengalami kebakaran,” jelasnya.
Andy lanjut menegaskan agar para ASN tidak memberikan pernyataan di luar keahliannya karena dapat memperbesar masalah yang sudah ada, bahkan memunculkan masalah yang baru. Selain itu, Andy menekankan penggunaan bahasa yang sederhana dan menghindari penggunaan istilah teknis, sehingga pesan yang disampaikan oleh ASN dapat dipahami dengan baik oleh media maupun publik. (GERILYA Academy/DKD)