Indonesia membutuhkan lebih dari sembilan juta talenta digital hingga tahun 2030. Menyikapi tantangan ini, pemerintah terus berupaya meningkatkan kompetensi tenaga kerja nasional sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja melalui program pelatihan digital.
Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, bersama Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi guna meningkatkan keterampilan digital tenaga kerja lintas profesi dan sektor.
“Kebutuhan tenaga kerja dengan kompetensi digital terus meningkat. Oleh karena itu, kami berdiskusi mengenai prioritas bidang yang perlu diperkuat serta bentuk kerja sama yang dapat segera diimplementasikan,” ujar Meutya Hafid dalam pertemuan di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Februari 2025.
Sebagai langkah konkret, pelatihan talenta digital akan diperkuat melalui program Gerakan Nasional Literasi Digital, Digital Talent Scholarship, dan Digital Leadership Academy. Program-program ini diharapkan dapat mencetak tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan industri berbasis digital.
“Saya apresiasi komitmen Pak Menaker dalam mendukung penguatan kompetensi digital tenaga kerja kita. Ini adalah langkah strategis untuk mempersiapkan SDM yang unggul,” tambahnya.
Kolaborasi ini juga akan melibatkan berbagai pihak, termasuk balai pelatihan kerja serta mitra strategis Kementerian Ketenagakerjaan seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Upaya ini diharapkan dapat mempercepat penciptaan lapangan kerja berbasis digital.
“Penyatuan dua kekuatan ini, jika dieksekusi dengan baik, akan berdampak besar pada penciptaan lapangan kerja. Kita akan bersama-sama merumuskan target kuantitatif dari kolaborasi ini agar hasilnya terukur,” jelas Meutya Hafid.
Menaker Yassierli menegaskan bahwa transformasi pelatihan tenaga kerja akan dilakukan dengan mengadaptasi praktik terbaik dari Kementerian Komdigi. Saat ini, Kementerian Ketenagakerjaan sedang menyiapkan transformasi balai pelatihan secara bertahap di enam balai besar dan 21 balai lainnya di seluruh Indonesia.
“Kami menyadari bahwa balai pelatihan harus bertransformasi. Tidak hanya fokus pada manufaktur dan elektronik, tetapi juga memperluas cakupan pelatihan ke bidang IT dan digital,” ungkapnya.
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas nasional dan menggerakkan berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, pertanian, dan pariwisata.
“Kami sepakat bahwa pendekatan harus berbasis permintaan industri. Bersama Kadin, Apindo, dan mitra lainnya, kami akan memetakan kebutuhan industri, memastikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan sektor, dan menyiapkan tenaga kerja yang siap diserap industri,” ujar Yassierli.
Dalam kerja sama ini, Menkomdigi dan Menaker telah mengidentifikasi 44 sektor prioritas, termasuk keamanan siber, ekosistem digital, infrastruktur, pemrograman, konten kreator, hingga Internet of Things (IoT). Dengan sinergi yang kuat, pemerintah optimistis dapat mencetak lebih banyak talenta digital yang siap bersaing di era ekonomi digital.